MAYORITAS.COM – Emiten BUMN PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) berencana menutup lima pabrik obat karena biaya operasional yang sangat tinggi. Presiden dan Direktur Bio Farma Group Shadiq Akasya mengatakan, hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi sebagai bagian dari langkah reposisi perusahaan.
“Jika kita mempertimbangkan jumlah pabrik di Kimia Farma, saat ini kami memiliki 10 pabrik dan kami berencana membuat Seamlining dalam 3 hingga 5 tahun ke depan. Dengan hanya 5 pabrik, kami memiliki cukup uang untuk mencapainya. ” Ungkapnya Saat rapat bersama Komisi VI DPR RI Jakarta
Direktur Produksi dan Supply Chain Hadi Kardoko, mengatakan langkah ini diambil dengan mempertimbangkan beberapa aspek, termasuk keberlanjutan perusahaan.
“Jadi kenapa butuh waktu dua sampai tiga tahun? Tentu saja ketika kita melakukan streamline, kita sangat memperhatikan kelangsungan usaha dan juga memperhatikan regulasi yang ada,” kata Hadi saat acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan RUPST.
Ia mengatakan penutupan pabrik di industri farmasi tidak bisa terjadi secara tiba-tiba. Makanya butuh waktu lama.
Selain itu, Pak Hadi menyampaikan bahwa perusahaan perlu beradaptasi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan otoritas terkait. Sementara itu, pihaknya juga memikirkan ketersediaan obat di masyarakat.
Pak Hadi menekankan agar rasionalisasi pabrik tidak mempengaruhi ketersediaan obat di masyarakat. Namun belum bisa dipastikan apakah penutupan tersebut akan dilakukan secara serentak atau bertahap.
“Jangan kita batasi ketersediaan obatnya, kalau tidak obatnya tidak akan bertahan. Makanya butuh waktu dua sampai tiga tahun untuk mengembangkannya, terlepas dari faktor regulasi,” imbuhnya.
Ia menambahkan, tujuan utama penutupan pabrik adalah untuk meningkatkan tingkat utilisasi dan lebih mengoptimalkan pabrik dan fasilitas produksi. Hadi yakin hal ini akan mengurangi kenaikan biaya operasional.
“Dengan begitu, meski beban shift ketiga kemarin kurang dari 40 persen, kita berharap nanti dengan diterapkannya kesepakatan ini tingkat pemanfaatannya tentu saja bisa melebihi 40 persen meningkatkan “efisiensi proses,” jelasnya.