MAYORITAS.COM – Amerika Serikat menuduh Iran berusaha menyabotase pemilu di negara itu setelah serangkaian catatan kampanye terkait calon presiden Donald Trump bocor ke publik.
Dalam pernyataan bersama, Biro Investigasi Federal (FBI), Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA) mengatakan Iran berada di balik peretasan data kampanye Trump yang bocor ke media.
Ketiga lembaga tersebut percaya bahwa Teheran mencoba meretas individu yang memiliki akses langsung ke informasi kampanye calon presiden AS Trump dan Kamala Harris.
“[Kami percaya] bahwa Iran telah melakukan rekayasa sosial dan upaya lain untuk mendapatkan akses kepada orang-orang yang memiliki akses langsung terhadap informasi terkait kampanye presiden kedua partai politik,” kata FBI, ODNI, dan CISA dalam siaran pers yang dikutip oleh The Guardian. Wali.
Baru-baru ini, beberapa media mengaku telah memperoleh sejumlah dokumen dari akun milik mantan pejabat kampanye Trump. Media-media ini termasuk New York Times, Washington Post dan Politico.
Ketiga media tersebut mengatakan mereka telah memperoleh dokumen internal dari tim kampanye Partai Republik, termasuk dokumen tentang Senator Ohio JD Vance, pasangan Trump.
Trump juga menuduh Iran melakukan peretasan setelah Microsoft melaporkan upaya tersebut. Namun data yang bocor tersebut hanya sekedar informasi yang bisa diakses oleh masyarakat.
Selain Trump, tim kampanye Kamala Harris juga mengatakan pekan lalu bahwa FBI telah memberi tahu mereka tentang upaya peretasan akun mereka. Untungnya upaya tersebut berhasil digantikan oleh tim keamanan siber.
Ketiga badan intelijen itu sendiri mengatakan upaya sabotase pemilu semacam ini bukanlah hal baru. Sabotase pemilu sudah sering dilakukan oleh Iran dan Rusia.
“Iran dan Rusia telah menggunakan taktik ini tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di negara-negara lain di dunia,” bunyi pernyataan mereka.
Pada tahun 2016, data kampanye mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton diretas, sehingga memicu kemarahan publik. Agen intelijen Rusia juga dituduh melakukan peretasan dalam rilis email internal kampanye Clinton.
Terkait upaya peretasan data kampanye Trump, para pejabat AS menilai sabotase kali ini dilakukan oleh Iran, khususnya kelompok yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).
Penyelidik yang menyelidiki akun AOL dengan alias “Robert” dapat menghubungkan infrastruktur digital akun tersebut dengan kelompok peretas Iran, menurut salah satu sumber.
Menurut laporan Politico, akun AOL “Robert” membocorkan dokumen internal kampanye Trump, termasuk yang terkait dengan JD Vance.
Seseorang yang mengetahui pertukaran email antara “Robert” dan beberapa reporter mengatakan orang di balik akun tersebut berbicara bahasa Inggris dan menekan seorang reporter untuk merilis dokumen tersebut.
Pekan lalu, peneliti Google juga mengatakan bahwa peretas Iran juga menargetkan akun email pejabat AS dan orang-orang yang terkait dengan Kamala Harris dan Presiden Joe Biden,